Pemimpin Itu Pelayan


Pemimpin yang memiliki jiwa melayani adalah dambaan setiap orang, apalagi pada saat-saat seperti ini, disaat setiap mata dan telinga selalu disibukkan dengan calon pemimpin negeri di masa depan.
Semua orang memiliki harapan yang sama. Harapan yang dapat menjadikan negeri ini bercahaya kembali. Semua berharap pemimpin yang terpilih hari esok adalah pemipin yang memiliki sifat kepemimpinan yang berjiwa melayani,sederhana,menomor satukan rakyat ketimbang hal lain, tidak semena mena dan selalu dekat dengan rakyatnya.


Apabila kita mau menggunakan kaca mata informasi untuk melihat berbagai kasus yang terjadi pada pemimpin pemimpin negeri ini sungguh sangat ironis. Sangat banyak para pemimpin negeri jatuh dari jabatannya akibat keserakahan yang ada dalam diri pemimpin negeri belakangan ini.

"Pemimpin seharusanya  dapat di ibaratkan dengan sebuah tali."
Kenapa bisa demikian ?
Karena tali dapat menyatukan berbagai gagasan  dengan kuat  dan erat, tali  juga dapat melayani kita dari aktifitas kehidupan kita sehari-hari. Dan dengan sebuah tali kita bisa saling menjaga demi kekuatan bersama.

Apakah masih ada pemimpin seperti itu di negeri ini ?
Pertanyan seperti itulah yang sering di tanyakan oleh banyak orang, mengapa sampai ada pertanyaan seperti itu. Jawabannya  sangat sederhana, pemimpin bertipe pelayan masih banyak di negeri ini. Para peemimpin tersebut adalah para pemuda pemudi dari segala pelosok negeri yang saat ini masih menempu pendidikan.
Selalu ingat dan selalu percaya bahwa setiap manusia adalah seorang pemimpin. Oleh sebab itu, teruslah belajar untuk  selalu menghilangkan rasa “Untuk Selalu Dilayani” orang lain akan sangat bahagia dan sangat tersanjung apabila kita dapat melayaninya.
Kita lahir dan hidup di dunia ini untuk saling berbagi dan memberi,melayani dan dilayani. Oleh sebab itulah, maka marilah menjadi pelayan yang baik untuk melatih kepekaan saling mengerti diantara sesama. Jangan karena merasa menjadi pemimpin lantas selalu ingin dilayani.

Sementara Max Depre,dalam bukunya “The Art Of Leadership” mengatakan bahwa kepemimpinan pelayan adalah “Respek terhadap orang lain”. Hal ini di awali dengan dengan menegerti bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan ini menuntut kita untuk dapat menumbuhkan rasa saling percaya. Perbedaan telah menuntut kita untuk lebih menegetahui kekuatan orang lain. Setiap orang datang dengan bakat yang khusus, tetapi bukan bakat yang sama. Hidup bukan hanya sekedar mencapai tujuan. Sebagai individu dan bagian suatu kelompok kita membutuhkan pencapaian potensi maksimal yang dimiliki.

Seni dari kepemimpinan bersandar pada kemampuan memfasilitasi, memberi kesempatan dan memaksimalkan setiap bakat yang berbeda dari setiap individu. Kepemimpinan menuntut kedewasaan yang khusus. Kedewasaan tersebut diekspresikan dengan menghargai diri sendiri, perasaan memiliki, perasaan yang penuh pengharapan, perasaan tanggung jawab, persamaan tanggung jawaab dan perasaan yang meyakini bahwa pada dasarnya manusia itu sama.
Seorang pemimpin yang berjiwa melayani harus dengan cepat menanggapi masalah atau peka terhadap informasi yang masuk. Sikap responsive ini merupakan refleksi diri seorang pemimpin terhadap perkembangan lingkungan dan untuk itu harus kenyal atau fleksibel mengahadapi semua perubahan serta perkembangan yang terjadi. Dan harus bisa bertindak dengan tepat dan cepat.
Oleh sebab itu pemimpin yang memiliki jiwa pelayan harus ikhlas menerima informasi seburuk apapun dari anggotanya dan selalu memiliki sikap terbuka untuk melayani anggotanya. Termasuk juga untuk calon pemimpin negeri di masa mendatang yang harus siap menerima segala keluhan masyarakat negeri ini.


"Untuk Perintah Adalah Untuk Melayani, Tidak Lebih dan Tidak Kurang."


Andre Malraux

You Might Also Like

0 komentar